Banyak orang yang menyangka bahwa
tawakal itu adalah pasrah secara keseluruhan,tanpa adanya sebuah usaha maka ini adalah anggapan yang keliru. Akan tetapi seorang mukmin jika beribadah kepada Allah mereka
bertawakal, tetapi tidak seperti yang dipahami oleh orang-orang yang bodoh
yakni tawakal adalah sekedar ucapan di bibir tanpa dipahami akal secara sempurna, dengan mengabaikan
sebab-akibat, tidak mau kerja,menunuggu uluran tangan berangan akan ada hujan emas pada esok hari merasa puas dengan kehinaan dibawah bendera
tawakal kepada Allah ta’ala, dan ridlho dengan takdir yang terjadi padanya.
Bahkan seorang mukmin memahami bahwa tawakal itu merupakan bagian dari imannya
dan aqidah ialah ta’at kepada Allah dengan menghadirkan semua sebab yang
diperlukan dalam semua perbuatan yang hendak ia kerjakan. Ia tidak berambisi
kepada buah tanpa memberikan sebab sebabnya. Perhatikan dalil-dalil berikut
Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah
akan mencukupkan (keperluan)nya.(Qs.Thalaq:3)
Dalam ayat ini Allah berjanji akan memberikan kecukupan
kepada orang-orang yang bertawakal termasuk rizki. Apakah artinya seseorang
tidak berupaya dan tidak kerja lantas tiba-tiba memperoleh rizki dari langit ?
Apakah ada orang yang berkeinginan memiliki anak tetapi tidak pernah mengumpuli
istrinya diberi anak ? Tentu tidak demikian.
Orang yang ingin terpenuhi kebutuhannya harus bekerja, sama
halnya orang yang ingin punya anak harus beristri dan mengumpuli istrinya. Jadi
Allah memberi rizki kepada seseorang dengan upaya usaha yang telah
diupayakannya.
Rosulullah Shallalllahu 'alaihi wa sallam juga bersabda yang artinya :
Dari umar bin khathab, rasulullah bersabda, “Andaikan kalian
tawakal kepada Allah dengan sebenarnya niscaya Allah akan memberi rizki kepada
kalian seperti memberi rizki kepada burung. Mereka pergi pagi dengan perut
kosong dan pulang sore dengan perut kenyang”. (Shahih, Tirmidzi 2344 dan
berkata,hadist hasan shahih, Ibnu Majah 4164, Ahmad, dishahihkan al Akbani)
Tawakal burung adalah dengan pergi mencari makan pada pagi
harinya dan kembali pada sore harinya, maka Allah menjamin rezekinya dengan memberikan
makanan kepada mereka. Burung-burung itu tidak tidur dan duduk manis saja disarang sambil
menunggu makanan untuk dirinya dan anak-anaknya. Begitu pula seharusnya
manusia, apalagi dia diberi kelebihan yang sangat banyak disbanding seekor
burung.
Kita telah mengetahui bahwa Nabi shallallahu'alaihi wa sallam adalah orang yang
paling bertawakal, contohnya ketika beliau menanti keputusan Allah untuk
hijrah ke madinah sebelum sahabat-sahabat besar hijrah kesana, dan betul
perintah tersebut datang kepada beliau. Langkah-langkah yang disusun
Rosullullah Shallahu 'alaihi wa sallam untuk kesuksesan hijrahnya adalah :
1) memanggil
sahabat pilihan yang tidak lain adalah Abu Bakar Ash-Shidiq untuk menemani
beliau dalam perjalanan ke negri hijrahnya.
2) Menyiapkan
bekal perjalanan, makanan, minuman. Asma’binti Abu Bakar mengikat perbekalan
tersebut dengan ikat pinggangnya, hingga kemudian ia dijuluki “wanita yang
mempunyai dua ikat pinggang”
3) Menyiapkan
hewan kendaraan yang siap dinaiki dalam perjalanan yang sulit, dan panjang.
4) Menyertakan
seorang penunjuk jalan yang mengetahui jalan – jalan yang sulit agar orang
tersebut menjadi pemandu dalam perjalanan yang sulit
5) Ketika beliau
keluar dari rumahnya yang dikepung musuh – musuhnya agar beliau tidak bias
keluar daripadanya, maka beliau menyuruh anak pamannya yaitu Ali bin Abi Thalib
tidur diranjang untuk mengelabui musuh – musuhnya yang menunggu di luar rumah
yang akan membunuhnya. Setelah itu beliau keluar dari rumah dengan tenang tanpa
diketahui oleh musuhnya.
6) Ketika orang –
orang musyrikin mengejar beliau, dan sibuk mencari beliau bersama yang ikut
bersama beliau, maka beliau masuk ke Gua Tsur dan berlindung diri darinya dari
penglihatan mata orang – orang yang mencari dan dendam kepada beliau.
7) Ketika Abu
Bakar berkata : “Seandainya salah seorang diantara mereka melihat di bawah
kakinya, mereka pasti bias melihat kita, Wahai Rasulullah !” maka Rasulullah
bersabda : “Bagaimana dugaanmu terhadap dua orang, wahai Abu Bakar, bahwa pihak
ketiga adalah Allah?”
Demikianlah pembahasansingkat tentang tawakal yang benar
menurut Al-Qur’an dan As-Sunnah yang benar menurut salafus shalih. Semoga bias
menjadikan pemahaman kita benar tentangnya dan menjadikan kita termasuk orang –
orang yang tawakal kepada Allah dengan sebenar – benar tawakal.
Wallahu ’Alam
0 komentar:
Leave a Reply